Kamis, 02 Juli 2015

Sastra Lisan Lampung

  I.            TEKA-TEKI
A.    Pengertian dan fungsi teka-teki
            Teka-teki adalah soal yang dikemukakan secara samar-samar,biasanya untuk permainan atau untuk melatih daya talar. Dalam kehidupan etnik lampung, teka-teki disebut dengan istilah seganing dan ada juga yang menamakan teteduhan.
Kegiatan berteka-teki umumnya dilakukan oleh anak-anak atau muda-mudi. Kegiatan berteka-teki ini masih ada walaupun pelaksanaanya sudah agak jarang, di sebabkan oleh banyaknya hiburan lain, seperti menonton TV, VCD, dst.
B.     Fungsi dari teka-teki sebagai berikut:
·         Media untuk meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap kebudayaan daerah
·         Media pengasah pikiran
·         Hiburan untuk menghilangkan kejenuhan
·         Pengisi acara dalam muda-mudi (untuk saling mengenal atau mempererat hubungan)
C.    Bentuk Dan Contoh Teka-Teki
a)      Bebai tuho gegak ngelahhai. Nyokidah?
Artinya: “perempuan tua jatuh sambil terbahak-bahak. Apakah itu?
Jawab: “belaghak gegak” ( pelepah nyiur yang sudah kering jatuh)
b)      Sanak lunik sekacak ago meno. Nyokidah?
Artinya: “anak kecil berebut untuk saling mendahului. Apakah itu?
Jawab: caluk/kukut (kaki)
c)      Sanak lunik ngelilingei nuwo. Nyokidah?
Artinya: “anak kecil mengelilingi rumah. Apakah itu?
Jawab: pakeu/paku (paku)
a)      O: sanak sangomuaghei lapah di sabah.
    Makai kawai besi, kepiahno adek bah. Nyokidah?
Artinya: “serombongan anak (bersaudara) berjalan sawah.
                  Memakai baju besi, kopiahanya dibawah. Apakah itu?”
Jawabanya: Kuwel (Keong)
b)      O: wat kayeu sangobatang, tuweh di uleu tulung
    Wakakno tijjang-tijang, anjak deh tigeh lambung. Nyokidah?
Artinya: “ada kayu sebatang, tumbuh dihulu sungkai
               Akarnya panjang-panjang, dari bawah keatas. Apakah itu?
Jawabanya: ghunih (pelangi)
  II.            MANTRA
            Mantra adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib, seperti dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dst. Dalam kehidupan etnik lampung mantra dikenal dengan istilah memang. Nama memang bermacam-macam ada yg disebut dengan istilah asihan (penarik simpati) pebukkem/pebukkom (pembuat orang tidak bisa berkata) peghepek/peghepok balung (penghilangan kekuatan seseorang).
                      1          Fungsi dari mantra yaitu:
a)      Memperkuat mental dan rasa percaya diri.
b)      Mengusir roh jahat, misalnya kesurupan, yang sering menggangu kehidupan manusia.
c)      Mengobati orang sakit.
d)     Mengalahkan kekuatan alam sekitar, misalnya menjinakan binatang buas.
                      2          Contoh dari Mantra:
a)      Mantra untuk menguji kesetiaan seseorang
O: kain andak sulam setero. Kitemen sayang di nyak, pusau pudak jama dado.
(kain putih bersulam sutra. Jika benar sayang pada saya, usap muka dan dada).
b)      Mantra pada saat bercocok tanam
O: nyak ngittarken nikeu lapah, unut jamomeu sai ramik
(saya mengantarkan kamu pergi, carilah temanmu yang lain)
c)      mantra pada saat memakai kain atau sarung
O: Injung-injung pakai bepinjung; kipak salah di pinjungkeu
      kenawat bagho di pudakkeu.
(Kain untuk bersarung, meskipun salah pada sarungku, bulan purnama di mukaku)
d)     Mantra untuk menyembuhkan sakit kepala
O: hak tawar, biso tawar; lain nyak sai ngeguai tawar, allah sai nawarei
(hak tawar, bisa tawar; bukan saya yang membuat tawar, allah yang menawari)
e)      Mantra pada saat mandi
O: kutimbuk wai bungo, milei di kanan kirei (kusiram air (bertabur) bunga, mengalir dikanan kiri)
     aghat segalo celo, nyak gegeh bidodarei (hilang segala cela (aib), saya seperti bidadari).
  III.            PERIBAHASA
          1          Pengertian peribahasa
            Peribahasa merupakan bahasa kiasan atau figuratif yang bisa berupa kalimat ataupun kelompok kata yang tetap susunannya. . Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena didahului oleh perkataan seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai, dan umpama.
Peribahasa lampung dapat dibedakan menjadi enam bentuk yaitu, pepatah, bidal, perumpamaan, ibarat, pemeo, dan ungkapan. Contohnya sebagai berikut:
Bidal Pada awalnya, pengertian bidal sebatas nama benda penutup ujung jari tangan yang biasa dipakai saat menjahit agar tangan tidak tertusuk jarum. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Bidal lebih diartikan sebagai peribahasa atau pepatah yang mengandung nasihat, peringatan, sindiran, dan sebagainya. bidal biasanya berupa kalimat singkat yang memiliki makna kiasan atau figuratif yang bertujuan menangkis, menyanggah, atau menyindir. Pengungkapan pikiran dan perasaan demikian tidak secara langsung, tapi dengan sindiran, ibarat, dan perbandingan. Dilihat dari bentuknya, bidal tergolong dalam puisi lama. Alasannya bentuk bidal yang singkat atau tidak sepanjang prosa.
            Bagaimanapun bidalan tidak didahului oleh kata sendi nama seperti, bagai, laksana dan umpama. Perbedaan antara bidalan dengan pepatah ialah bidalan lebih kerap diguanakan, mempunyai nilai, ilmu dan pengajaran, sedangkan pepatah lebih ringkas sifatnya dan tidak mempunyai pengajaran.
Contoh atau bentuk dari Bidal yaitu:
a)      Acak matei ghah anjakdi ughik unyah. (lebih baik mati bersimpah darah dari pada hidup menanggung hina).
Artinya: jangan gentar membela yang benar atau dalam mempertahankan hak dan nama baik.

b)      Di kedo biduk teminding, di san wai tenibo. (dimana biduk berhenti, di situ air di timba).
Artinya: pandai-pandailah membawa diri, bersikaplah sesuai dengan adat-istiadat setempat.
c)      Kalah ngebelei, menang makai.(kalah membeli, menang memakai).
Artinya: lebih baik mahal tetapi mempunyai kualitas yang bagus dari pada murah tetapi cepat rusak/tidak berkualitas.
d)     Mo lain meso ngupah. (lidah bukan di peroleh dengan cara mengupah)
Artinya: bertutur sapalah dengan baik, pandai-pandailah berbasa-basi.
e)      Seghem matei ulah madeu. (semut mati oleh madu)
Artinya: sikap yang keras akan menjadi lembut oleh tutur sapa yang baik;kejahatan akan luluh oleh kebaikan.
Pepatah atau perbilangan mempunyai struktur yang hampir sama dengan pepatah dan bidalan melainkan perbilangan disusun berangkap-rangkap seperti ikatan puisi. Setiap rangkai pepatah terdiri daripada dua baris atau lebih dan disebut satu demi satu seolah-olah orang sedang membuat perbilangan atau perkataan. Ia berkait rapat dengan adat istiadat, undang-undang atau peraturan masyarakat.
Contoh atau bentuk dari pepatah :
a)      Appai ago nunas, ano kak sikah munih (seseuatu yang ditanam baru akan bertunas, rupanya telah sampai atau patah).
Artinya: jerih payah yang dilakukan baru menampaka tanda-tanda akan berhasil, rupanya telah mendapat rintangan sebelum hasilnya terwujud.
b)      Awek lunan sumang nipei (tidur satu bantal tapi berlainan  mimpi).
Artinya: meskipun datang bersama-sama, tujuan berlainan atau tidak sama.
c)      Cappok wai mak baseh, cappak apui mak tutung.(masuk ke sungai tidak basah, masuk kobaran api tidak terbakar).
Artinya: gagah berani tidak gentar dalam menghadapi resiko apapun.
d)     Buwek pido agheng, pilih sumang-sumang. (rambut sama hitam pendapat berbeda-beda).
Artinya: tidak ada orang yang memiliki pemikiran yang sama walaupun berasal dari kelompok yang sama.
e)      Akik atung kutunggang, nyo lagei ki lihai. (sedangkan balok(penyangga) saya pikul, apatah lagi hanya lidi).
Artinya: sesuatu yang berat pun bisa di kerjakan apa lagi sesuatu yang ringan.
Pameo Merupakan peribahasa yang berupa semboyan, berfungsi untuk mengobarkan semangat/menghidupkan suasana. Contoh:
a)      Balang buto kanen puyuh (belalang buta makanan burung)
Artinya: orang bodoh snatapan orang pandai.
b)      Cadang pai mangi wawai (rusak dulu baru baik)
Artinya: tiada keberhasilan tanpa pengorbanan.
c)      Lagei ambau cekugh (masih bau kencur)
Artinya: masih terlampau muda atau belum memiliki pengalaman.
d)     Nawai buho langui (mengajar buaya berenang)
Artinya: mengajar seseorang yang memang sudah ahli mengenai sesuatu yang sedang di ajarkan.
e)      Kak nayah mengan uyah ( sudah banyak makan garam)
Artinya: telah berpengalaman banyak
Perumpaan tergolong dalam peribahasa berlapis, iaitu mengandungi makna tersurat dan tersirat. Terdapat dua bentuk perumpamaan, iaitu yang menyatakan perbandingan secara terang-terangan dan yang tidak menyatakan perbandingan secara terang-terangan.
            Perumpamaan yang menyatakan perbandingan secara terang-teranan didahului dengan kata-kata perbandingan seperti, umpama, bagai, laksana, ibarat dan baik; manakala perumpamaan yang tidak disebutkan perbandingan tidak didahului kata-kata perbandingan tersebut.
Contoh atau bentuk perumpamaan yaitu:
a)      Gegeh ditettes bulung layeu, dikegheh aseu buto (seperti ditimpa daun layu, di gigit anjing buta)
Artinya: sangat meyakitkan karena berlawanan atau bertengkar dengan orang yang setatusnya lebih rendah dari kita.
b)      Gegeh anak manuk aghat kelabi(kacau dan bercerai-berai)
Artinya: pembicaraan atau permohonan yang tidak di perdulikan oleh orang yang di ajak bicara.
c)      Gegeh apui mengan wek (seperti api makan sekam)
Artinya: tenang, proses nya tidak tampak, tetapi hasilnya nyata; tampak tenang tapi membahayakan.
d)     Gegeh baccik di bah undem (seperti katak di bawah tempurung)
Artinya: picik atau sombong karena kurang pergaulan.
e)      Gegeh diiris sembileu (seperti diiris menggunakan sembilu)
Artinya: hati yang sangat sakit karena seseorang.
Ungkapan/idom ialah penggabungan dua buah kata yang membentuk arti baru tapi tidak menunjukkan makna sebenarnya atau kiasan. Sering disebut dengan makna kiasan.
Contoh :
a)      Keghas ulu (keras kepala) = tidak bisa diatur.
b)      Tijang pungu (panjang tangan) = suka mencuri
c)      Kedol pudak ( tebal muka) = tidak tahu malu
d)     Balak hulu (besar kepala) = sombong
e)      Keghas hati (keras hati) = tidak bisa diatur
Tamsil / Ibarat
            Tamsil atau Ibarat adalah kiasan yang sering menggunakan perkataan 'ibarat' untuk membuat perbandingan tentang sesuatu perkara. Ia bertujuan untuk menjadikan maksudnya bertambah nyata.
Contoh:
a)      Gegoh ilmu paghi, tambah ngisi tambah cungguk. Artinya ; seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Maksudnya ; orang yang semakin banyak ilmunya akan semakin merendahkan diri / tidak sombong. 
b)      Gegoh benang andak,basing cappakno jadei. Artinya ; seperti benang putih, digunakan untuk menjahit kain bewarna apapun akan serasi. Maksudnya ; orang yang serba bisa di tempatkan dimna pun akan dapat diandalkan.
c)      Dang bulat gegoh ketupat, tapi pukem gegoh isem. Artinya ; jangan bulat seperti ketupat, tetapi bulat seperti embacang. Maksudnya ; keputusan yang di ambil janganlah karena terpaksa, tetapi atas dasar mufakat.
d)     Gegoh nyappakken uyah di lawet, gelik mak makko guno. Artinya ; seperti mencampakan garam di laut, habis tiada berguna. Maksudnya ; bantuan yang sia-sia/nasehat yang tiada berguna.
e)      Gegoh kembang ghedak, semuluh mak beambau. Artinya ; seperti bunga dadap warnanya merah tetapi tidak harum. Maksudnya; gadis yang cantik molek, tetapi tidak dihiraukan orang karena perangai/sikapnya tidak baik.
                IV.            PUISI
A.    Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya.